Breaking News

Akankah PM Abe Bubarkan Parlemen dan Gelar Pemilu Dini?

Politisi-politisi Jepang dari sejumlah partai termasuk partai berkuasa Partai Liberal Demokrat (LDP) dibuat kaget, Minggu (17/9/2017).

Penyebabnya adalah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe diberitakan akan membubarkan parlemen, untuk pemilu dini bulan Oktober.

Padahal, pemilihan parlemen tidak perlu diselenggarakan hingga paling lambat Desember 2018.

Memang, rumor Abe akan menggelar pemilu dini sudah berseliweran dalam beberapa pekan terakhir. Namun tidak sedikit pula yang meragukannya.

Sebelumnya, popularitas Abe sempat anjlok akibat isu nepotisme dan arogansi kekuasaan.

Selain itu, LDP dan rekan koalisinya juga menguasai dua per tiga kursi parlemen yang diperlukan untuk mengamandemen konstitusi.

Namun seperti dilaporkan Nikkei Asian Review, Perdana Menteri berusia 62 tahun ini telah memberitahu petinggi LDP dan rekan koalisinya Partai Komeito, tentang rencana membubarkan parlemen.

Langkah itu kabarnya, akan dilakukan sepulangnya Abe dari sidang Majelis Umum PBB di New York, Jumat ini.

Pemilihan umum diperkirakan digelar antara 22 atau 29 Oktober.

Abe diberitakan sudah yakin setelah popularitasnya memulih karena krisis di semenanjung Korea, akibat tembakan rudal Korea Utara yang dua kali melintasi Jepang dalam sebulan terakhir.

Rakyat Jepang memberikan dukungan penuh kepada Abe untuk mengatasi krisis keamanan nasional ini.

Abe ditengarai memanfaatkan momentum nasionalisme ini untuk segera menuju ke bilik suara sebelum popularitasnya anjlok kembali.

β€œKita harus memanfaatkan momentum ini,” tutur salah satu petinggi senior LDP.

Popularitas Abe stabil di antara 40-45 persen di sejumlah survei terakhir, setelah sempat anjlok hingga di bawah 30 persen bulan Juli lalu.

Oposisi terpecah

Abe juga diduga memanfaatkan kekacauan di kubu oposisi yang terpecahbelah. Partai oposisi Demokrat yang baru memilih presiden partai baru Seiji Maehara ditinggal oleh sejumlah petinggi partai yang tidak puas dengan terpilihnya Maehara.

Popularitas Partai Demokrat menurut survei terakhir hanya tujuh persen terpaut sangat jauh dari LDP yang mendapat dukungan sebesar 41 persen.

Tidak ketinggalan, Abe diyakini berusaha membendung mantan sekutu politiknya Gubernur Tokyo Yuriko Koike yang sedang mempersiapkan pembentukan partai baru bernama Japan First atau Jepang Utama.

Yuriko adalah sosok gubernur yang populer. Partai yang dipimpinnya di tingkat Ibu Kota Tokyo melumat LDP di pemilu lokal bulan Juli lalu.

Dengan menggelar pemilu dini, Koike diyakini tidak punya waktu yang cukup untuk mempersiapkan kandidat dan strategi politik melawan Abe.

Rekor terlama

Abe saat ini telah menjabat selama enam tahun. Dia membidik rekor untuk menjadi perdana menteri terlama dalam sejarah negeri Samurai.

Jika dapat terus mempertahankan kekuasaannya hingga Desember 2019 maka rekor itu akan terpecahkan.

Abe dilaporkan berencana terus berkuasa setidaknya hingga Olimpiade Musim Panas di bulan Juli 2020.

Terakhir, dia mengubah konstitusi internal partai yang memungkinkannya kembali maju di pemilihan presiden partai tahun depan.

Sebelumnya, jabatan Presiden di LDP dibatasi hanya dapat berkuasa maksimum dua periode.

Satu periode adalah tiga tahun. Abe telah menjabat sebagai presiden LDP sejak 2012 dan harus turun September 2018.

Dengan perubahan konstitusi itu, dia dapat kembali maju dan jika menang diizinkan berkuasa hingga September 2021.

kompas.com (ericssen/glori k. wadrianto)