Breaking News

Beda Pelumas Sintetik dan Pelumas Mineral

Saat ini jamak ditemukan klaim pelumas “synthetic”, “semi synthetic” maupun “full synthetic”. Banyak yang menilai pelumas “synthetic” jauh lebih bagus dibanding pelumas “semi synthetic”, apalagi jika dibandingkan dengan pelumas biasa alias pelumas mineral. Benarkah?

“Belum tentu demikian. Bahkan tidak semua pelumas dengan klaim “synthetic” memiliki kualitas sama. Asumsikan aditifnya identik sekalipun, jenis dan persentase kandungan base oil sintetik dari pelumas tersebut yang akan menentukan kualitas akhir pelumas”, jawab Mia, Lubricants Product Developer Pertamina Lubricants saat berbincang dengan detikOto di Lubricants Product Development Laboratory di area Pertamina Plumpang, Jakarta Utara belum lama ini.

Untuk diketahui, sebuah pelumas terdiri dari minyak dasar (base oil) dan aditif. Perbedaan pelumas sintetik dan pelumas mineral adalah pada minyak dasar (base oil)-nya. Pelumas mineral menggunakan base oil mineral yang diolah dari minyak mentah (crude oil) di kilang pengolahan minyak.

“Sementara secara teknis, pelumas sintetik menggunakan base oil sintetik yang berasal dari proses sintesa suatu zat untuk mendapatkan bahan dasar pelumas dengan keunggulan tertentu jika dibandingkan dengan base oil ex pengolahan crude oil. Misalnya, base oil sintetik jenis PAO atau ester,” jelas Mia.

Mia lebih jauh menjelaskan bahwa American Petroleum Institute (API), salah satu organisasi yang juga membuat standar pelumas, mengklasifikasikan base oil menjadi 5 kategori/group. Base oil mineral berada di kategori Group I sampai Group III, sementara base oil Group IV dan V disebut sebagai base oil sintetik.

“Tapi, karena sifat dan proses pengolahan base oil Group III yang membuat base oil tersebut sangat murni dan sangat berbeda dengan material aslinya (raw), maka hampir seluruh produsen pelumas di dunia sekarang memasarkan pelumas dengan base oil Group III sebagai pelumas sintetik,” ujar Mia.

“Untuk Pertamina Lubricants, kami sangat berhati-hati dalam persoalan klaim ini. Jika Pertamina Lubricants menggunakan klaim pelumas fully synthetic, maka jenis base oil yang digunakan adalah benar–benar base oil Group IV atau group V. Jadi benar-benar base oil unggul yang berasal dari proses sintesa, bukan crude oil based,” jelas Mia.

“Sementara, sebagaimana banyak produsen lainnya, untuk pelumas dengan bahan dasar base oil Group III kami sebut synthetic, tanpa kata ‘fully’. Untuk pelumas berbahan dasar campuran base oil Group I, II dan III dengan batasan rasio tertentu kami klaim sebagai semi-synthetic,” tambahnya.

Selain klasifikasi mineral atau sintetik dari base oil yang digunakan, hal lain yang juga berpengaruh pada kualitas pelumas adalah persentasenya. Misalnya, jika base oil sintetik yang digunakan hanya 10{5c3cb05e12662dfc7a9890457508f95bdca7cff27e5b02e7b58f4025816289e5} dari total base oil yang dikandung suatu pelumas, tentunya pelumas tersebut secara teknis tidak layak menggunakan klaim “synthetic”.

Karenanya, penting bagi konsumen untuk memilih produsen pelumas yang benar-benar punya integritas. Jangan sampai tergiur klaim, iklan atau harga murah saja, karena setelah menjadi pelumas akan cukup sulit bagi konsumen awam mengetahui kandungan base oil yang sebenarnya.

“Produsen yang berintegritas pasti tidak mau merugikan nama baiknya dengan menggunakan klaim yang tidak mewakili isi sebenarnya”, tutup Mia.

(detik.com-rgr/lth)