Breaking News

Saudara Sebangsa Saling Menggoreng

ANGGOTA Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Syafii Maarif menilai penolakan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Organisasi Kemasyarakat­an (Ormas) kuat nuansa politis ketimbang menjaga kepentingan bangsa dan negara. Demikian petikan wawancara wartawan Media Indonesia Rudy Polycarpus dengan Buya Syafii Maarif di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Bagaimana dengan adanya gugatan ke Mahkamah Konstitusi?
Biarkan saja itu proses hukum. Kalau saya mengatakan begini, ada kritik kepada Presiden, soal urgensi Perppu atau sebaiknya lewat pengadilan (untuk membubarkan ormas). Ada juga kritik yang mengatakan menembak nyamuk dengan bazoka. Saya dukung Perppu Ormas.

Perlukah hanya untuk membubarkan HTI?
Anda mbok lihat dokumen HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), apa yang mau dilakukan di Indonesia. Walaupun itu omong kosong dan utopia, itu rencananya. Saya sudah berkali-kali berdebat dengan jubirnya itu yang bernama Ismail Yusanto. Dia ingin khilafah Islam. Islam satu. Omong kosong itu!

Patutkah kekhawatiran terjadi pelanggaran HAM karena pemerintah akan dengan gampang membubarkan ormas?
Tergantung. Lihat dulu, apa yang mau dibubarkan. Sesungguhnya banyak (ormas) yang perlu dibubarkan. Tapi kan enggak dilakukan.

Apakah Perppu ini dijadikan senjata elite yang menolak?
Isu agama itu seperti berjalan di atas rumput kering yang rentan sekali dan bisa memicu macam-macam. Kalau mau gugat perppu, enggak apa-apa, hadapi saja lewat pengadilan atau proses di parlemen nanti. Ini sudah saling menggoreng saudara-saudara. Suasana politik kita ini tidak beradab. Jangan kepentingan partai dan golongan. Itu yang selama ini merusak kita semua.

Apa itu karena aroma politik masih kuat nuansa Pilpres 2014?
Sudah lama seperti ini. Ini kerjaan orang-orang yang syahwat kekuasaannya sudah tidak terbendung. Karena ada perppu segala macam itu yang dibilang melawan umat Islam. Islam yang mana? Saya kan katakan, ini semua digoreng untuk Pilpres 2019.

Layakkah tudingan terhadap Jokowi?
Jokowi enggak punya beban apa-apa dan enggak korup. Dia juga bukan pengusaha besar. Dia mebel apa gitu lah. Tapi kan karena presiden bawa anak sedikit, bawa cucu (publik) sudah ramai. Tujuannya itu jadi tidak sehat. Ini suasana tidak sehat. Ini politik kita yang tunamartabat ini. Presiden kita kadang terlalu baik, terlalu rendah hati. Kadang-kadang ada yang perlu dipukul, tapi dengan koridor hukum. (P-1)

(mediaindonesia.com)