Breaking News

Bukan 23 September, Ilmuwan Prediksi Kiamat Terjadi pada 2100

Sebulan terakhir dunia diramaikan dengan isu kiamat 23 September, tapi menurut matematikawan, kiamat akan terjadi pada tahun 2100. Saat itu, samudera akan bisa menampung cukup banyak karbon yang menyebabkan pemusnahan massal spesies.

Dalam 540 juta tahun terakhir, bumi telah mengalami lima peristiwa kepunahan massal yang melibatkan proses meningkatnya siklus normal karbon melalui atmosfer dan samudera. Gangguan karbon yang terjadi secara global bertepatan dengan pemusnahan spesies laut yang meluas di seluruh dunia.

Di era modern, emisi karbon dioksida telah meningkat sejak abad ke-19. Sulitnya menghubungkan anomali karbon yang terjadi selama ribuan hingga jutaan tahun menyebabkan tantangan kepunahan massal.

Daniel Rothman, profesor geofisika di Massachusetts Institute of Technology, telah menganalisis perubahan signifikan dalam siklus karbon selama 540 juta tahun terakhir, termasuk lima kejadian kepunahan massal. Dia mengidentifikasi “ambang batas malapetaka” dalam siklus karbon yang jika terlampaui, akan menyebabkan lingkungan tak stabil dan berakhir pada kepunahan massal.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh Science Advances, Daniel Rothman mengatakan bahwa kepunahan massal terjadi jika satu dari dua ambang batas telah dilampaui. Jika siklus karbon terjadi dalam jangka waktu lama, kepunahan akan pada tingkat yang lebih cepat daripada yang diadaptasi oleh ekosistem global.

Sedangkan, jika siklus karbon terjadi dalam jangka waktu cepat, laju perubahan siklus karbon tidak akan menjadi masalah. Namun, ukuran atau besarnya perubahan akan menentukan kemungkinan terjadinya kepunahan.

Dengan pertimbangan tersebut, Rothman memprediksi bahwa karena kenaikan emisi karbon dioksida baru-baru ini, dalam skala waktu yang relatif singkat, kepunahan keenam akan bergantung pada jumlah karbon yang ditambahkan ke lautan. Menurut dia, akan memakan waktu sekitar 10 ribu tahun terjadinya bencana ekologis selanjutnya.

“Ini tidak mengatakan bahwa bencana akan terjadi esok hari,” kata Rothman. “Namun, jika dibiarkan, siklus karbon akan beralih ke alam yang tidak stabil lagi, dan akan berujung pada kepunahan massal.”

tempo.co (amri mahbub)