Breaking News

Studi: Anak Golongan ‘Kerah Putih’ Lebih Rentan Kecanduan Narkoba

Berdasarkan studi di AS, anak yang lahir dari golongan mampu lebih rentan terkena pengaruh obat-obatan dan alkohol. Hal ini mematahkan persepsi narkoba lebih erat dengan lingkungan kumuh.

Angka kecanduan alkohol dan narkoba pada anak muda di usia 26 tahun kelas menengah atas telah mencapai tingkat yang mencemaskan. “Ada risiko yang signifikan datang dari golongan ‘kerah putih’,” ujar ketua studi, Suniya Luthar, seorang profesor psikologi di Arizona State University, Tempe.

Dalam jurnal Development and Psychopathology disebutkan, tingkat risiko kecanduan mereka rata-rata dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dari seluruh pria dan wanita dengan usia yang sama, dikutip dari Live Science, Rabu (7/6/2017).

Studi baru ini memilih sampel dari dua sekolah terbaik di kawasan Amerika Timur Laut dengan segmentasi orang tua murid yang memiliki penghasilan tinggi. Pada kelompok pertama, sejumlah 272 siswa dari kelas 12 dipantau hingga empat tahun perkuliahan, hingga mereka berumur 22 tahun.

Kelompok kedua dari 255 siswa dilacak untuk jangka waktu sekitar 10 tahun, dari tahun terakhir sekolah menengah mereka, hingga perguruan tinggi dan setelahnya, sampai mereka berumur 27 tahun.

Di setiap tahunnya, semua peserta penelitian diharuskan mengisi kuisioner secara online di mana mereka ditanya tentang penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol panjang tahun lalu dan di bulan lalu. Para peneliti juga melakukan wawancara telepon dengan para peserta, untuk mengevaluasi apakah mereka memenuhi kriteria diagnostik untuk penyalahgunaan zat atau ketergantungan.

Dari studi tersebut ditemukan di usia 21 tahun, sebesar 11-16 persen wanita dan 19-27 persen pria dari keluarga berpengaruh, kecanduan obat-obatan terlarang. Dengan kata lain, tiga kali lebih besar dari rata-rata tingkat kecanduan nasional.

Sedangkan pada usia 26 tahun, sebanyak 19-24 persen wanita dan 23-40 persen pria golongan mampu, mengaku ketergantungan narkoba dan alkohol atau sama dengan dua kali dari rata-rata nasional.

Ketika ditanya mengenai alasan di balik tingginya angka tersebut, Luthar mengungkapkan salah satunya dikarenakan tekanan untuk mendapatkan prestasi terbaik selama bersekolah. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan komunikasi yang terbuka dari orang tua kepada anak-anak mereka.

“Orang tua harus berkomunikasi secara terbuka dan penuh kasih sayang kepada anak-anaknya tentang dampak negatif mengonsumsi narkoba dan alkohol. Juga, membantu anak untuk menjaga perspektif realistis mereka dalam pencapaiannya di sekolah,” saran Luthar yang juga seorang profesor di Columbia University’s Teachers College tersebut.

Namun, Luthar menyadari studi ini belum bisa membaca tren anak muda kalangan atas secara universal. “Karena penelitian ini kecil dan hanya terfokus pada anak-anak di satu bagian di Amerika Serikat, diperlukan penelitian tambahan untuk memahami tren di seluruh negara,” ujar Luthar.

Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian mengenai perubahan ketergantungan setelah adanya peran baru yang diambil, seperti misalnya menikah dan lainnya.

(detik.com)