Orang tua Shaholly Ayers membesarkannya seperti anak-anak lain, walaupun sebenarnya ia memiliki fisik yang tak sempurna. Namun lingkungan memperlakukannya berbeda.
Sejak kecil, gadis yang terlahir tanpa lengan kanan ini tidak diperkenankan untuk ikut kelas senam. Begitu pula saat duduk di bangku sekolah menengah, Ayers ditolak masuk ke tim basket.
Hingga akhirnya ketika Ayers ingin mewujudkan mimpinya sebagai model. Ketika mendatangi sebuah agensi, ia juga ditolak mentah-mentah.
“Kamu tak mungkin menjadi seorang model karena kedua lenganmu tidak lengkap,” kata perwakilan agensi tersebut seperti ditirukan Ayers.
Menurut Ayers, staf agensi tersebut tak mau peduli meski gadis asal Oregon itu mengaku punya lengan prostetik.
Namun ini adalah pengalamannya 10 tahun lalu. Kini Ayers benar-benar berhasil mencapai mimpinya itu. Bahkan ia memulainya dengan tanpa agensi.
“Awalnya saya memang kecewa campur marah, tapi saya sudah terlalu sering ditolak sejak kecil. Ini saatnya untuk bangkit,” lanjutnya.
Gadis yang terlahir tanpa lengan kanan di bawah siku atau biasa disebut dengan ‘congenital amputation‘ ini memutuskan mulai mendekati fotografer dan penata rias untuk memperkenalkan dirinya dan membuat portfolio.
“Setelah itu baru saya berani mendatangi butik-butik lokal dan menawarkan kemampuan saya. Dan ternyata ini berhasil,” ungkapnya saat berbincang dengan Today.com.
Terkadang ia mengenakan lengan prostetiknya saat pemotretan, di lain waktu ia melepasnya. “Ini tergantung dari busana yang saya pakai,” jelasnya.
Namun yang membuat Ayers lega adalah sebagian besar penata gaya yang ia temui sangat memahami kondisinya. Bahkan mereka membebaskan Ayers untuk memilih memakai lengan prostetiknya atau tidak. Ayers sendiri beberapa kali tampil dalam perhelatan fashion seperti New York Fashion Week dan menjadi model untuk sejumlah merek seperti Nordstrom.
Di luar dunia modelling, Ayers juga jarang menggunakan lengan prostetiknya. “Saya hanya memakainya jika benar-benar membutuhkan seperti untuk olahraga, mengendarai kayak atau melakukan aktivitas outdoor lainnya,” tambahnya.
Ia berharap kisahnya ini dapat mengedukasi khalayak luas dan mengubah pandangan mereka tentang orang-orang seperti dirinya, yang sebenarnya masih bisa berkarya jika diberi kesempatan.