Breaking News

Bullying Vs Bercanda, Di Mana Batas Perbedaannya?

Kasus bullying yang terjadi di Universitas Gunadarma disebut terjadi secara spontan dan tidak direncanakan. Berdasarkan keterangan dari pihak kampus, para pelaku tidak bermaksud melakukan bullying dan hanya bercanda.

“Berdasarkan keterangan mahasiswa yang ada di video, mereka tidak bermaksud mem-bully, hanya bercanda,” ungkap Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Irwan Bastian dalam konferensi pers, Selasa (18/7/2017) kemarin.

Tanggapan soal niat pelaku yang hanya bercanda ini ramai di media sosial. Tak sedikit pihak yang menganggap pelaku hanya mencari jalan keluar mudah dengan menyebut tindakannya hanya bercanda.

Kritik juga datang kepada pihak universitas yang seakan-akan tidak mengakui aksi tersebut sebagai bullying. Lalu sebenarnya, di mana perbedaan antara bercanda dan bullying?

Dihubungi detikHealth, psikolog dari klinik Personal Growth, Veronica Adesla, menyebut ada batas yang jelas antara bullying dengan bercanda. Jika yang dimaksud adalah bercanda sesama teman, maka semua pihak harus sama-sama merasa senang dan menikmati tanpa ada yang merasa tersakiti.

Sementara bullying atau perundungan terlihat jelas karena ada dua pihak yakni pelaku dan korban. Dalam konteks bullying, pelaku adalah pihak yang merasa lebih kuat dan korban adalah pihak yang dianggap lemah.

“Disebut bullying ketika salah satu pihak yang diajak berinteraksi merasa tersakiti, baik fisik maupun perasaan (psikologis),” ungkap Veronica.

Karena itu, apa yang terjadi di Universitas Gunadarma dan Thamrin City baru-baru ini adalah tindakan bullying. Dalam video yang viral, terlihat ada pihak yang tersakiti perasaannya hingga marah dan melempar tong sampah.

Ditambahkan Veronica, bullying adalah manifestasi dari konsep diri yang negatif. Pelaku biasanya ingin dihormati namun merasa tidak memiliki kompetensi atau kelebihan, sehingga mengintimidasi orang lain baik fisik maupun emosional.

“Perilaku yang menyakiti, melukai baik fisik dengan pukulan, tendangan, tamparan, maupun perasaan emosional dengan menghina, mengejak, mengeluarkan kata-kata kotor itu bukan bercanda, itu bullying,” tegasnya.

(detikhealth-muhamad reza sulaiman)